Merpati Tak Pernah Ingkar Reshuffle
Sejak toilet SPBU digratiskan, pendapatan penjaga toilet bernama Merpati susut. Susutannya merentet. Anaknya yang berangan-angan jadi menteri BUMN susut pula jatah pulsanya.
—
SEBELUM fakir kuota, anak rada cerdas itu sering Googling tentang kabar-kabar teknologi dari seantero jagat. Bulan lalu ia jadi tahu bahwa kereta-kereta cepat, semisal yang dicanangkan untuk Bandung–Jakarta, di banyak negara, termasuk di Jepang dan China, tidak menguntungkan.
”Bilaku menteri kelak, seluruh keputusanku akan kutimbang matang-matang,” tekadnya sembari mengunyah rengginang kuat-kuat.
Sastro sohib Merpati bertanya, ”Bagaimana anakmu nanti akan jadi menteri yang trengginas kalau masa bocahnya fakir info?”
Merpati terkekeh-kekeh. Hari ini katanya pulsa anaknya gemuk lagi. ”Baru saya belikan. Saya ada rezeki. Ndak tahu, ya, kemarin itu rombongan dari mana ya… Busnya ngisi bahan bakar. Orang-orangnya ke toilet pada ngasih duit. Sudah saya tampik-tampik, padahal. Saya bilang, sekarang toilet di SPBU gratis. Eh, mereka tak percaya. Mereka yakin di dunia ini tidak ada yang gratis.”
Sastro mendadak teringat Jendro, istrinya. Ibu tiga anak ini bahkan selalu curiga pada segala sesuatu yang cuma-cuma. Menurutnya, apa saja yang cuma-cuma bisa menghantam balik di belakang hari. Dulu semasih bocah diajak nonton ayahnya wayang, Jendro ingat adegan mahaguru Krepa saat mengutip bayaran calon muridnya, Karna.
Karna, anak bangsawan Kunti, ibu Pandawa, bocah yang dibuang dan dipungut oleh tukang kuda itu, tak punya duit untuk biaya berguru ke Resi Krepa. Krepa menolaknya. Resi urakan itu menyuruh Karna bekerja apa saja. Menabung. Sedikit demi sedikit setelah tabungan membukit bayarlah uang muka.
”Terserah kamu mau menilaiku mata duitan atau apa, tapi tujuanku mulia, Karna. Agar kamu terlepas dari jebakan utang budi di hari kemudian. Guru yang gratisan biasanya akan menagihmu berlipat-lipat nanti saat kamu sudah sukses jadi orang.”
Salah satu lelaki anggota rombongan bus yang sedang mengisi bahan bakar itu pun tak mau gratisan. Mungkin takut kena tulah kondor. Atau mungkin takut ketulah jadi anyang-anyangen. Entahlah. Pokoknya tak mau jebakan gratis.
”Ke toilet ini bagi beta seperti makan siang, Pak. Tak ada makan siang gratis,” tegas lelaki lain sesama rombongan sambil menjejalkan duit Rp 2.000 ke saku Merpati. Merpati masih tak paham maksudnya. Ia tak tahu bahwa ungkapan itu cuma terjemahan dari pepatah there is no free lunch di dunia bisnis dan politik.
Tips seorang ibu-ibu, anggota rombongan juga, malah seharga tes antigen. ”Jangan menolak ya, Pak. Ini bukan sulap, bukan sumbar. Aku mau toilet gratis asalkan tes antigen juga gratis,” sumbarnya sembari kasih salam tempel ke Merpati (sesudahnya buru-buru cuci tangan dengan hand sanitizer).
***
Tingkah ibu-ibu baju biru itu bukan sulap, bukan sumbar, tingkah yang berikut ini bukan tak aneh, tapi nyata. Gegara toilet SPBU digratiskan, sekelompok orang menuntut pembubaran MUI. Sangat ganjil, namun betul-betul kejadian. Sastro iseng-iseng berpikir. Jangan-jangan penggratisan toilet memang sudah setara dengan teror. Teroris tersebut diduga didekingi oleh oknum-oknum MUI. Maka, MUI layak bubar.
Sastro kemudian menyangkal pikirannya sendiri. Penyamaan gratisnya toilet dengan tindakan teror susah dinalar. Masih masuk akalan bunyi sirene maupun klakson ”ngok-ngok-ngok” patwal para pejabat bila disamakan dengan teror. Apalagi saat lalu lintas padat merayap. Rakyat yang sedang mengais-ngais rezeki dan rela berantre-antre di jalan raya patut merasa terteror oleh bunyi-bunyi kesombongan itu.
Lha, kalau penggratisan toilet SPBU di mana letak terornya?
Hinggaplah merpati pos di jendela. Sepucuk surat ditalikan di kakinya. Sastro membaca surat itu dari Ole. Darah Madura Sastro langsung teringat syair lagu Madura “ole olang…” Pikirnya, pengirimnya pasti orang Pulau Garam yang bernama Ole. Isinya pemberitahuan, bukan Majelis Ulama Indonesia yang dimaksud oleh kelompok yang ingin MUI bubar. Bukan pula MUI alias Madura United Itulah.
Ole di sini pun ternyata pelatih MUI atau Manchester United Inggris yang baru dipecat sebab MUI akhir-akhir ini kerap bermasalah. Nah, ada sekelompok manusia yang kalau ke toilet SPBU inginnya ngasih tip penjaganya. Kebetulan mereka adalah fans Ole. Mereka ingin MUI dibubarkan bukan lantaran toilet diobral, tapi saat-saat toilet SPBU di-big sale lha kok pas bareng momen pemecatan Ole.
”Xixixixixi….” merpati pos cekikikan melihat raut wajah Sastro yang melongo.
Sastro tersinggung. Andai ada air keras pasti sudah disiramkannya… Eh, tidak, Sastro tak sesadis para suami yang tega menyiram bahkan menuangkan air api itu ke mulut istrinya. Toh semenyebal-menyebalkan apa pun dia padanya, merpati tak pernah ingkar janji.
Bahkan andai merpati itu presiden dan berjanji me-reshuffle kabinetnya bila buruk, janji itu pasti ditepati. Ditepatinya di Rabu Pon, Rabu Kliwon, atau Rabu Pahing, itu cuma perkara Rabu. (*)
*) SUJIWO TEJO
Tinggal di Twitter @sudjiwotedjo dan Instagram @president_jancukers
No comments:
Write comments