Catatan Covid-19 2021, Ganasnya Varian Delta Hingga Munculnya Omicron -
JawaPos.com – Tahun 2021, Indonesia berjuang melawan penyebaran Covid-19 gelombang kedua. Dimulai dari Januari, kasus mulai melonjak. Lalu ditambah lagi dengan munculnya varian Delta dari India, membuat angka kasus mencapai rekor 56 ribu orang positif dalam sehari. Kasus kematian juga sempat menembus 2 ribu jiwa per hari pada Juli 2021.
JawaPos.com merangkum catatan perkembangan kasus Covid-19 dari Januari hingga Desember. Dimulai dari gelombang kedua, munculnya varian Delta, hingga ancaman varian Omicron.
Januari 2021
Kematian pecah rekor, Angka kematian harian akibat Covid-19 di tanah air memecahkan rekor pada Kamis (27/1). Sebanyak 476 jiwa meninggal dunia dalam sehari.Total orang yang meninggal akibat Covid-19 sebanyak 29.331 jiwa. Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengumumkan informasi tenaga kesehatan sejak Maret 2020 hingga pertengahan Januari 2021. Sejauh ini sebanyak 647 nakes gugur karena terinfeksi Covid-19.
Februari 2021
Kasus Covid-19 dalam sehari bertambah 5.560 orang pada Kamis (25/2). Saat itu total 1.334.634 orang terinfeksi Covid-19. Angka kematian harian bertambah. Saat itu 36.166 jiwa meninggal dunia akibat Covid-19. Sudah 510 kabupaten kota terdampak Covid-19.
Maret 2021
Kasus Covid-19 harian bertambah 4.682 orang dalam sehari, Selasa (30/3). Total sudah 1.505.775 orang sudah terinfeksi Covid-19. Angka kematian harian juga masih di atas 100 jiwa sehari. Kasus kematian harian bertambah 173 jiwa. Total sudah 40.754 jiwa meninggal dunia akibat Covid-19 saat itu. Pasien sembuh harian bertambah 5.877 orang. Total angka kesembuhan saat ini sebanyak 1.342.695 orang saat itu.
April 2021
Pasca program vaksinasi di Indonesia, penyebaran Covid-19 masih belum turun signifikan. Ditambah lagi kini beban mutasi ganda Delta dari India yang menghantui Indonesia. Sudah 10 orang dipastikan tertular mutasi ganda dari India. Maka dokter dan para ahli mengingatkan pentingnya menjaga imunitas tubuh. Kasus Covid-19 harian pada Rabu (28/4) bertambah 5.241 kasus. Total sudah 1.657.035 orang terinfeksi Covid-19. Kasus kematian harian bertambah 177 jiwa. Total kini sudah 45.116 orang meninggal dunia akibat Covid-19 saat itu.
Mei
Pasca libur Lebaran ditambah menyebarnya varian Delta, kasus baru Covid-19 harian pada Minggu (30/5) bertambah 6.115 kasus. Total sudah 1.816.041 orang terinfeksi Covid-19. DKI Jakarta kembali menjadi penyumbang terbanyak saat itu lalu disusul Jawa Barat. Pasien sembuh harian bertambah 4.024 orang. Dan total angka kesembuhan saat itu sebanyak 1.663.998 orang. Kasus kematian harian bertambah 142 jiwa. Total sudah 50.404 orang meninggal dunia akibat Covid-19.
Juni
Indonesia mulai kelimpungan. Situasi mencekam. Presiden Joko Widodo menegaskan untuk mengatasi lonjakan kasus Covid-19 saat ini yang sudah mencapai 21 ribu kasus, adalah dengan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro yang dipertebal.
Kasus Covid-19 semakin meningkat tajam, tercatat per 17 Juni 2021 sebanyak 12.624 kasus dan menjadi di atas 20 ribu kasus pada tanggal 26 Juni 2021. Jika dibandingkan dengan data 15 Mei 2021, terjadi peningkatan kasus pada tanggal 17 Juni 2021 sekitar lebih dari 500 persen, diikuti dengan peningkatan kasus kematian berkaitan dengan Covid-19. Bed occupation rate (BOR) untuk ruang isolasi dan ICU di atas 90 persen. Setidaknya lebih dari 24 kabupaten/kota melaporkan keterisian ruang isolasinya di atas 90 persen. BOR untuk ICU dari berbagai RS mendekati bahkan ada yang melebihi angka 100 persen.
Terjadi penumpukan pasien dan antrian panjang di banyak Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS terutama di kota-kota besar. Bahkan banyak pasien yang meninggal saat tiba di IGD. Kondisi semakin memprihatinkan dengan bertambahnya kasus pada dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya terkonfirmasi positif Covid-19, sehingga perlu menjalani perawatan atau isolasi mandiri. Kondisi ini menyebabkan keterbatasan tenaga untuk melakukan pelayanan, keterbatasan fasilitas dan SDM yang menyebabkan RS kolaps.
Sudah terdapat varian baru COVID-19 di berbagai kota di Indonesia. Varian baru tersebut terutama varian Delta memiliki karakteristik yang lebih mudah menyebar, menyerang segala usia tanpa perlu ada komorbid, lebih memperberat gejala, lebih meningkatkan kematian dan menurunkan efektivitas vaksin.
Juli
Situasi makin mengkhawatirkan. PPKM Darurat diberlakukan. Situasi Covid-19 di Indonesia makin mengkhawatirkan seiring dengan diberlakukannya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Mikro (PPKM) Darurat oleh pemerintah mulai 3 Juli 2021. Situasi Covid-19 di Indonesia memecahkan rekor pada Kamis (15/7) kembali menyentuh rekor tertinggi yakni 56.757 sehari. Angka itu lebih tinggi dari Rabu (14/7) lebih dari 54 ribu orang. Dari angka tersebut, kasus terbanyak terjadi di DKI Jakarta. Total saat itu 3.331.206 orang terinfeksi Covid-19 di tanah air, begitu cepat kelipatannya.
Agustus
Kasus Covid-19 mulai turun. Kasus aktif Covid-19 yang dirawat di RS menunjukkan tren yang menurun. Meski begitu, angka testing untuk melacak kasus-kasus baru, masih rendah di bawah 200 ribu spesimen dalam beberapa hari terakhir. Namun saat itu total sudah 4.056.354 orang terinfeksi Covid-19 di tanah air. Sementara angka kematian sudah 130.718 jiwa meninggal dunia karena Covid-19. Ini adalah kasus kematian terendah di tengah ganasnya varian Delta selama ini. Turunnya kasus aktif dari 600 ribu kasus menjadi 300 ribuan kasus membuat keterisian tempat tidur atau Bed Occupation Rate (BOR) ikut turun. Catatan Satgas Covid-19, keterisian RS secara nasional 39,5 persen, turun dari hari sebelumnya yakni 40,51 persen. Pemerintah terus menggenjot 3T yakni testing, tracing dan treatment. Begitu juga cakupan vaksinasi harus terus ditingkatkan.
September
Kasus Covid-19 makin turun di angka 2 ribu kasus sehari. Kasus Covid-19 pada Rabu (29/9) bertambah 1.954 orang sehari. Total sudah 4.213.414 orang terinfeksi Covid-19 di tanah air.
Angka kematian Covid-19 bertambah 117 jiwa. Sementara angka kematian total sudah 141.826 jiwa meninggal dunia karena Covid-19. Pemerintah mulai memberikan lampu hijau untuk mengizinkan acara besar seperti pernikahan dan juga konser musik segera digelar. Akan tetapi hal itu harus memerhatikan jumlah kasus Covid-19 di suatu wilayah.
Juru Bicara Pemerintah Untuk Covid-19 Prof Wiku Adisasmito menjelaskan aktivitas sosial ekonomi sudah diizinkan pemerintah untuk dibuka secara bertahap. Namun, ia mengingatkan ada sejumlah pertimbangan yang harus diperhatikan untuk melaksanakan kegiatan berskala besar.
Oktober
Kasus Covid-19 makin turun pada Rabu (27/10) bertambah 719 sehari. Total sudah 4.241.809 orang terinfeksi Covid-19 di tanah air. Angka kematian Covid-19 bertambah 29 jiwa. Total angka kematian sudah 143.229 jiwa meninggal dunia karena Covid-19. Meski begitu ahli terus meminta waspada adanya turunan varian baru seperti Delta plus atau mutasi AY.4.2. Mutasi ini ditemukan di Inggris.
November
Dunia heboh dengan kemunculan varian Omicron yang dilaporkan oleh Afrika Selatan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan varian Omicron sebagai Variant Of Concern. Setelah varian Delta memporak-porandakan dunia dan memakan banyak nyawa, kini muncul varian baru yang lebih cepat menyebar. Varian, yang disebut B.1.1.529, telah terdeteksi di Afrika Selatan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan sampai menggelar rapat untuk memantau varian baru dengan banyak mutasi pada protein lonjakan. Varian ini mengandung beberapa mutasi yang terkait dengan peningkatan resistensi antibodi, yang dapat mengurangi efektivitas vaksin, bersama dengan mutasi yang umumnya membuatnya lebih menular. Varian telah menyebar dengan cepat melalui provinsi Gauteng, kota terbesar di negara beribu kota Johannesburg. Varian tersebut juga telah terdeteksi di Botswana dan Hongkong.
Desember
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengumumkan bahwa Covid-19 varian Omicron sudah masuk ke Indonesia. Sedikitnya ada 1 kasus ditemukan sudah masuk ke Indonesia. Ia adalah pekerja atau petugas kebersihan di RS Wisma Atlet pada 15 Desember berinisial N. Lalu kasus Omicron bertambah lagi 2 orang dari kasus probable. Terakhir, Kemenkes mengumumkan total kasus Omicron menjadi 5 orang dan 11 kasus probable.
Mampukah Pandemi Menjadi Epidemi?
Meski sempat porak poranda akibat varian Delta pada Juni-Juli, kasus Covid-19 di Indonesia selama lima bulan terakhir terus menurun. Hal itu terlihat dari angka positivity rate di bawah 1 persen yang sudah berada di bawah standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni di bawah 5 persen. Seperti negara tetangga, Singapura yang ingin menjadikan Covid-19 sebagai endemi atau hidup berdampingan, Indonesia juga diproyeksikan melakukan hal yang sama.
Ahli Spesialis Penyakit Dalam yang juga Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Profesor Zubairi Djoerban menanggapi kemungkinan transisi itu. Menurutnya hal itu harus disesuaikan atau adaptasi dengan pola pikir yang baru.
“Saya oke-oke saja jika transisi dari pandemi ke endemi direncanakan. Artinya kita harus menyesuaikan diri dengan pola pikir baru, hidup dengan SARS-CoV-2,” katanya dalam kicauannya yang sudah dikonfirmasi JawaPos.com.
Pertanyaan besarnya, kata dia, apakah terlalu dini untuk transisi atau apa-apa saja yang diperlukan untuk sampai ke sana (endemi). Menurutnya pertama, ‘mengakhiri’ pandemi bukan berarti SARS-CoV-2 akan hilang dan tidak ada kasus baru.
“Banyak faktor yang membuat pandemi bergeser menjadi endemi. Seperti jumlah penularan, kasus, dan kematian beserta polanya,” jelas Prof Zubairi.
Juga soal durasi perlindungan dari vaksinasi dan infeksi alami. Faktor-faktor ini, kata dia, berbeda di tiap daerah Indonesia. “Apalagi masih ada ketimpangan faskes dan serapan vaksinasi yang bervariasi serta ketersediaannya. Kita harus mempersiapkan juga kapasitas layanan kesehatan untuk mengelola lonjakan kasus di masa depan. Mitigasi ini harus ada,” tuturnya.
Menurutnya situasi yang membaik ini momentum yang pas untuk mempersiapkan transisi. Syaratnya harus ada koordinasi yang solid dari semua pihak dan tidak boleh menurunkan kewaspadaan. Jangan sampai terlena melonggarkan.
“Kalau longgarnya kebablasan, bisa-bisa malah menjadi hiperendemi, alih-alih menuju endemi,” tuturnya.
Untuk informasi, lanjutnya, pandemi influenza H1N1 1918 menjadi endemi dan muncul dalam wabah musiman yang lebih kecil pada 40 tahun berikutnya. Kemudian, wabah SARS-CoV-1 yang mewabah sejak 2002 berhenti sampai Juli 2003. Namun, sempat ditemukan pada 2004 di Tiongkok.