Wapres Minta PCI Luar Negeri Meng-NU-kan Dunia
JawaPos.com–Wakil Presiden Ma’ruf Amin yang juga Mustasyar PBNU menerima sejumlah Pengurus Cabang Istimewa (PCI) Nahdlatul Ulama (NU) Luar Negeri di Bandar Lampung, Rabu (22/12). Ma’ruf berharap anggota PCI yang tersebar di berbagai negara bisa meng-NU-kan dunia.
Kegiatan Ma’ruf menerima PCI NU Luar Negeri dilakukan di sela kunjungan kerja di Provinsi Lampung selama tiga hari. Di antara PCI NU Luar Negeri yang hadir dalam pertemuan itu berasal dari Brunei Darussalam, Turki, Belanda, Tiongkok, Australia, dan Mesir.
”Peran dari PCI NU di luar negeri menurut saya penting,” jelas Ma’ruf.
Menurut Ma’ruf peran kader-kader NU yang tergabung dalam PCI NU Luar Negeri tidak hanya mencari ilmu atau belajar. Lebih dari itu, mereka juga memiliki peran untuk memperkenalkan NU di luar negeri. Khususnya memperkenalkan misi NU, yaitu sebagai organisasi perbaikan.
Ma’ruf mengatakan misi NU sebagai organisasi perbaikan, tidak hanya soal akidah. Tetapi juga soal kemasyarakatan yang meliputi aspek ekonomi, budaya, dan politik.
Dia menjelaskan, seratus tahun ke belakang, NU berfokus mengembangkan organisasi di dalam negeri. Sehingga menjadi organisasi terbesar dan masih tetap solid sampai sekarang.
Memasuki abad kedua usianya, lanjut Ma’ruf, NU harus semakin menunjukkan peran di tingkat global. ”Lambang NU saja terinspirasi dari (bola) dunia,” papar Na’ruf.
Menurut Ma’ruf, peran NU di tingkat dunia begitu dibutuhkan. Mengingat saat ini dunia sedang kacau.
”Mari meng-NU-kan dunia. Cara berpikir maupun berperilaku,” tutur Ma’ruf.
Dia menambahkan, potensi sumber daya NU baik di dalam maupun di luar negeri sudah ada dan cukup besar. Untuk menghadapi tantangan teknologi misalnya, Ma’ruf berharap kader-kader unggul NU harus terdepan dalam urusan teknologi.
Sebelum menerima delegasi PCI NU Luar Negeri, Ma’ruf memimpin peluncuran buku Historiografi Khittah dan Politik NU serta Kitab Tuhfah Al-Qoshi Wa Ad-Dani Biografi Syekh Nawawi al-Bantani. Dalam kesempatan itu, Ma’ruf menyampaikan soal khittah NU. Dia menegaskan khittah NU itu sesuatu yang baku dan tidak berubah-ubah.
Ma’ruf berpendapat khittah NU adalah menjadi organisasi perbaikan (islah). Nah untuk bisa menjadi organisasi perbaikan tersebut, NU memiliki khuwat atau jalan. Nah jalan untuk menjadikan NU sebagai organisasi perbaikan itulah yang bersifat fleksibel. Termasuk NU pernah menjadi partai politik. NU juga pernah dalam menyampaikan aspirasi politiknya melalui Partai Pesatuan Pembangunan (PPP). Sampai akhirnya NU secara kelembagaan benar-benar keluar dari partai politik.
No comments:
Write comments