Thursday, December 23, 2021

Erupsi Gunung Semeru, ketika Warga Tak Menyangka Disapu Awan Panas

Erupsi Gunung Semeru, ketika Warga Tak Menyangka Disapu Awan Panas

Erupsi Gunung Semeru, ketika Warga Tak Menyangka Disapu Awan Panas -

JawaPos.com–Sepanjang 2021, Indonesia dilanda berbagai bencana. Banjir dan tanah longsor menjadi bencana rutin tiap musim hujan. Gempa bumi dan tsunami yang tidak bisa diprediksi. Juga erupsi gunung berapi.

Akhir 2021, warga Jatim dikejutkan dengan erupsi Gunung Semeru. Sabtu (4/12), Gunung Semeru mengalami peningkatan aktivitas vulkanik. Guguran awan panas mengarah ke Besuk Kobokan, Desa Sapiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, sekitar pukul 15.20 WIB.

Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Gunung Semeru di Pos Gunung Sawur, Dusun Poncosumo, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, melaporkan getaran banjir lahar atau guguran awan panas tercatat mulai pukul 14.47 WIB dengan amplitudo maksimal 20 milimeter.

”Pada pukul 15.10 WIB, PPGA Pos Gunung Sawur kemudian melaporkan visual abu vulkanik dari guguran awan panas sangat jelas teramati mengarah ke Besuk Kobokan dan beraroma belerang. Selain itu, laporan visual dari beberapa titik lokasi juga mengalami kegelapan akibat kabut dari abu vulkanik,” ujar Plt Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari pada Sabtu (4/12).

Kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang meninjau langsung posko pengungsian di Lapangan Desa Sumberwuluh, Candipuro, Lumajang, Jawa Timur, Selasa (7/12), warga terdampak erupsi Gunung Semeru pun bercerita pengalamannya pada saat kejadian itu berlangsung.

”Enggak sampai satu menit itu Pak, langsung gelap. Sebelumnya ada pemberitahuan memang, 25 getarannya katanya dari pusat pemantauan,” ujar seorang warga kepada Presiden.

Lalu, seorang warga dari Dusun Kamar Kajang pun bercerita bahwa sebelum kejadian mereka telah mendapatkan peringatan dari pos pemantauan melalui telepon genggam mereka. Namun, mereka tidak menyangka jika erupsi pada Sabtu (4/12) lalu ternyata lebih besar dari yang mereka perkirakan.

”Ada pemberitahuan, di HP sudah ada. Cuma dikira kecil Pak. Dikira banjir kecil. 25 getarannya kecil sama seperti biasanya. Nanti ada susulan yang lebih besar biasanya. Kalau pos pantau selalu siaga,” ungkap warga.

”Paniknya itu cuma panik abu, abunya itu loh Pak, kan gelap. Posisi jam 3 sore itu kejadian abu vulkanik. Hujan abu dulu, gelap, disusul lahar dingin,” timpal seorang warga lainnya.

Kondisi itu harus dibayar mahal. Berdasar laporan tim SAR, ada 57 warga meninggal dunia dan 36 orang dilaporkan hilang.

Selama 13 hari proses evakuasi dan pencarian korban terdampak erupsi Gunung Semeru sampai Kamis (16/12), selain korban meninggal dan hilang, tim SAR gabungan mencatat, terdapat 82 orang yang mengalami luka ringan dan 18 orang mengalami luka berat.

Kepala Kantor SAR Surabaya Hari Adi Purnomo menjelaskan, sebanyak 57 korban meninggal dunia. Terdiri atas 48 orang meninggal di lokasi erupsi dan 9 orang meninggal di rumah sakit.

”Kami menemukan body part (bagian tubuh) sebanyak 5 paket. Korban yang tidak ditemukan ada 36 orang,” terang Hari Adi Purnomo.

Sesuai SOP, operasi SAR standarnya berlangsung selama 7 hari. Pencarian korban erupsi Ginung Semeru telah diperpanjang 2 kali 3 hari. Total, operasi SAR erupsi Gunung Semeru telah berlangsung selama 13 hari.

”Aspek efektivitas juga menjadi pertimbangan kami, karena kemungkinan korban hidup dalam kondisi seperti itu sangat kecil kemungkinannya. Meski begitu, kami akan membuka operasi SAR lagi jika ada informasi valid ada korban atau tanda-tanda ditemukan korban. Atau, jika erupsi terjadi lagi dan kembali menelan korban jiwa, operasi otomatis kami gelar lagi,” papar Hari Adi Purnomo.

Erupsi Gunung Semeru, ketika Warga Tak Menyangka Disapu Awan Panas

No comments:
Write comments

Get More of our Update